Selasa, 12 Mei 2009

Muallaf Berbagi Cerita

Beliau adalah Ibu Tanti Indrawati asal Tangerang Banten, orang tua Hijrah Saputra (kelas 5 TMI). Pengalaman spirtualnya dimulai saat SMA. Sebelum akhirnya mendapat petunjuk ilahi, beliau telah masuk 6 agama yang berbeda. Keseriusannya untuk memeluk Islam nampak dengan memasukkan putra keduanya ke pesantren Darunnajah Cipining.

Memperingati tahun baru 1 Muharram 1428, para santri mengadakan kegiatan shalat malam (qiyamullail) dan dluha yang di masjid yang kemudian diikuti dengan siraman rohani. Pada peringatan kali ini dihadirkan seorang muallafah guna berbagi cerita tentang usahanya mencari kebenaran hakiki.

Beliau adalah Ibu Tanti Indrawati asal Tangerang Banten, orangtua Hijrah Saputra (kelas 5 TMI). Pengalaman spirtualnya dimulai saat SMA. Sebelum akhirnya mendapat petunjuk ilahi, beliau telah masuk 6 agama yang berbeda. Keseriusannya untuk memeluk Islam nampak dengan memasukkan putra keduanya ke pesantren Darunnajah Cipining.

Acara yang dipandu oleh Ustadz Muhammad Musta`in (pembimbing Bagian Pengajaran) ini berjalan dengan lancar dalam suasana yang hidup. Sang narasumber memperoleh banyak pertanyaan dari hadirin. Mereka penasaran setelah mereka mendengarkan dengan seksama bahwa masuk Islamnya ibu yang dikarunia 3 orang anak ini berawal dari sebuah mimpi. Saat itu beliau bermimpi melihat buku tuntunan shalat di laci kamarnnya. Setelah bangun laci tersebut dibuka, dan ternyata di dalamnya terdapat buku seperti yang ada dalam mimpi. Padahal keluarga yang ada pada saat itu semuanya non muslim. Akhirnya buku tersebut beliau pelajari secara otodidak dan berusaha dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari sampai saat ini.

Para santri bertanya antara lain mengenai ketidakyakinannya terhadap agama yang telah keluarga peluk dari dulu. Beliau menjawab, “karena belum mendapatkan kepuasan dalam beribadah sebagaimana yang telah ditemukan dalam islam”. Ada pula yang menanyakan pula tentang hubungannya dengan keluarga sampai saat ini. Beliau menjawab, ”Walaupun orangtua masih beragama Konghucu tetapi hubungan keluarga tetap berjalan dengan harmonis, meski pada awalnya saya mendapatkan tentangan sampai-sampai buku tuntunan shalat tersebut mau dibakar. Dan kami pun masih ikut memperingati hari besar Konghucu bersama keluarga”.

Kepala Biro Pengasuhan Ustadz Ahmad Rosichin saat dijumpai Wardan seusai acara tersebut menyampaikan tentang tujuan diadakannya kegiatan ini. “Selain agar ada suasana berbeda dengan tahun–tahun sebelumya, yang terpenting adalah untuk memperkuat keyakinan dan aqidah santri. Umumnya santri beragama Islam karena orangtua dan keluarga yang sudah beragama Islam. Sedangkan cerita ini benar-benar berasal dari orang yang memang mencari kebenaran dan kemudian mendapat hidayah Allah.

www.darunnajah-cipining.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar